Entah mengapa hari ini aku teringat, sajak yang pertama kali kulihat beberapa tahun lalu. Tepatnya saat SMA, kelas satu. Menurutku ini puisi bertema cinta terbaik yang pernah aku temui hingga saat ini. Jika puisi bertema perjuangan memiliki “aku”,
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kauTak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Chairil Anwar)
dan puisi kepahlawanan ialah “antara karawang-bekasi”,
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawaKami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakanAtau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkataKami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung SjahrirKami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impianKenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi(Chairil Anwar)
maka aku ingin menyatakan bahwa “aku ingin” ialah puisi cinta terbaik. Coba, simaklah bait-baitnya, kata per kata-nya,
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abuAku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada(Sapardi Djoko Dharmono)
Kuat sekali, energi puisi ini sangat kuat. Tidak meletup-letup, tetapi gelombangnya sungguh menghempas. Sesuatu yang menjadi kekuatan inti puisi ini, ialah kesederhanaan dan kelugasan.
Aku tidak bermaksud apa-apa dengan menulis catatan ini. Aku hanya ingin menikmatinya saja untuk saat ini. Tapi jika suatu saat nanti puisi ini pun menemukan konteksnya, tentu akan sangat membahagiakan.
Biarlah datang pada waktunya,
dengan cara sempurna,
seperti kata yang terucap,
yusuf pada zulaikha,
yang menjadikannya terpenjara
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada
(
Ini nih yang waktu itu bikin aku gimanaaaa…, gitu…
waktu kali pertama bacanya di FS kakak… (bbrp tahun yg lalu)
uh, rasanya…
)
(
ngasih tau aja nih,
buat cewek-cewek/akhwat/gadis/perempuan… (semua kata ganti untuk wanita-lah), yang naksir sama kakak, saat membaca puisi itu, pasti rasanya gimanaaaa… gitu)
HAHAHAHA
(Tebakanku: comment ini nggak bakalan ditampilin! hahaha…
janganlha…, nanti identitasku kebongkar, si-penerima surat Tentang Cinta… )
Komen ah…
Tidak meletup-letup?
Ugh! salah besar…
ya, tidak meletup-letup bagi yang menulis, tapi bagi yang membaca?
(itu masalah pribadi si pembaca itu sendiri!)
tapi ending-nya keren;
Biarlah datang pada waktunya,
dengan cara sempurna,
seperti kata yang terucap,
yusuf pada zulaikha,
yang menjadikannya terpenjara
@dian
wakakakakkkakakkkk hahaaha.. parah betul kau,
ah elu…, hidup dibawa serius banget, nyante dikit lha..
halo, kang..\
tulisannya bagus.hehehe
aduh rindu banged neeh ma puisi-puisi ini, tau kan ni puisi populernya zaman-zaman sd gitu….
ceileee… 😀
suit suit…
romantis nian koleksi puisi dan pembahasannya 🙂
bismillah..
kang, ini semua kan puisi2 yang kau bacakan di zaman2 perjuangan kita dulu
sejak saat itu, beberapa di antaranya juga jadi penggalan favorit saya
sejak saat itu, nilainya mendarah daging dalam diri saya..
dan saat ini, puisi2 ini salah satu yang bisa membuat saya terkenang..
terimakasih..
(btw, kok blog saya ga dilink-in? link2an ya)
eh, iraha nya, saya bacain puisi-puisi ini? Nya syukur weh atuh upami emang janten inspirasi mah, janten jariyah kanggo sim kurinh meureun
gile bener rihan gile bener…
blog gue di link dong han…
iya nih, baru sanggup di medan kata-kata
boleh ri..
toppppppppp bangeeeeeeeeeeeeeeeeet puisinya
makasih sudah mampir
Aku ingin ngasih makan orang-orang lapar,
lalu aku tambah dengan lauk kasih sayang
dan sayur perhatian
dengan sebuah piring kepedulian.
Aku juga ingin ngasih makan orang-orang kenyang,
lalu aku tanyai mereka,
masihkah kau akan makan,
sementara perutmu masih kenyang
sedang persediaanmu masih segudang?
nais mas arbya !!
antara karawang – bekasi…
mereka belum tiada,
mereka menyaksikan setiap tindak kita
raga-raga muda yang hidup untuk berkata
memberi nilai pada pengorbanan usia
masa muda mereka
T_T
saya pas baca puisi chairil anwar yang ini nangis lho…
isin, abdi anom keneh, tapi teu acan tiasa ‘nyarios’ nanaon
mereka anom, tapi berkorban nyawa bagi negeri 😦